Thursday, August 12, 2010

RENUNGAN...

SEBUAH KISAH KASIH
Suatu hari, aku bangun di hari yang baru untuk menyaksikan sang suria terbit.  Dan keindahan karya ciptaan Tuhan sungguh tak terlukiskan.  Sementara aku mengaguminya, aku memuliakan Tuhan oleh kerana karya-Nya yang mempersona.  Sementara aku duduk di sana, aku merasakan kehadiran Allah dalam diriku.

Ia bertanya kepadaku. 
 "Apakah engkau mengasihi Aku?"  Aku menjawab, "Tentu saja Tuhan!  Engkaulah Allah dan Juruselamat-ku!"

Kemudian Ia bertanya, "Seandainya engkau cacat jasmani, apakah engkau akan tetap mengasihi Aku?"

Aku terpana.  Aku memandangi tanganku, kakiku dan seluruh bagian tubuhku yang lain sambil memikirkan betapa banyak pekerjaan yang tidak akan dapat aku lakukan, pekerjaan-pekerjaan yang selama ini aku anggap biasa.  Dan aku menjawab, "Akan sangat berat Tuhan, tetapi aku akan tetap mengasihi Engkau."

Kemudian Tuhan berkata,
"Seandainya engkau buta, apakah engkau akan tetap mengagumi ciptaan-Ku?"  Bagaimana aku dapat mengagumi sesuatu  tanpa dapat melihatnya?  Kemudian fikiranku melayang kepada orang-orang buta di muka bumi ini dan betapa banyak di antara mereka yang mengasihi Tuhan dan mengagumi ciptaan-Nya.  Jadi aku menjawab, "Sulit dibayangkan Tuhan, tetapi aku akan tetap mengasihi Engkau."

Kemudian Tuhan bertanya kepadaku,
"Seandainya engkau tuli, apakah engkau akan tetap mendengarkan firman-Ku?"
Bagaimana aku dapat mendengar jika aku tuli?
Aku tersedar, mendengarkan firman Tuhan tidak hanya dengan telinga, tetapi dengan hati.  Maka aku menjawab, "Akan sangat berat, Tuhan, tetapi aku akan tetap mendengarkan firman-Mu."

Kemudian Tuhan bertanya,
"Seandainya engkau bisu, apakah engkau akan tetap memuliakan Nama-Ku?"
Bagaimana aku dapat memuji tanpa bersuara?  Lalu menjadi jelas bagiku: Tuhan menghendaki kita menyanyi dari kedalaman hati dan jiwa kita.  Tidak jadi soal apakah suara kita terdengar sumbang.  Dan memuliakan Tuhan tidak selalu dengan nyanyian tetapi dengan berbuat baik kita menyampaikan pujian kepada Tuhan dengan ucapan syukur.  Jadi aku menjawab, "Meskipun aku tidak dapat melantunkan nyanyian pujian, aku akan tetap memuliakan Nama-Mu."

Dan Tuhan bertanya, "Apakah engkau  sungguh mengasihi Aku?"
Dengan tegas dan penuh keyakinan, aku menjawab lantang, "Ya Tuhan! Aku mengasihi Engkau kerana Engkaulah satu-satunya Allah yang Benar."

Monday, August 9, 2010

7 SIKAP YANG AMAT PENTING  UNTUK MEMANTAPKAN PELAYANAN DALAM KATEKETIKAL

Apakah Objektif Pelayanan Kateketikal?

Objektif utama pelayanan kateketikal bukanlah hanya mempersiapkan orang untuk menerima sakramen inisiasi.

Tetapi yang sangat penting adalah membawa perubahan dalam hidup seseorang yang dibimbing di mana dia menjadi seorang Kristian yang beriman dan mengusahakan hidup yang berdasarkan pada Injil Kristus dan ajaran-ajaran Gereja.

1. Taat Berdoa
Langkah pertama dan utama dalam segala bentuk pelayanan yang efektif adalah berdoa. Jika kita melupakan doa dalam hidup maka Tuhan pun dilupakan. Bagaimanakah kita dapat melayani Tuhan jika Dia tidak kita utamakan dalam hidup.
Para katekis pembimbing mestilah menjadi orang taat berdoa setiap hari. Doa menyatukan kita dengan Tuhan dan ini akan merapatkan hubungan dengannya.
“Sebab diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5).
Hanya dengan adanya hubungan intim dengan Tuhan barulah usaha kita itu berkesan dan berhasil baik.
Doa merupakan dasar utama untuk membangun hubungan intim dengan Tuhan.

2. Mencintai Iman
Para katekis pembimbing mestilah mencintai iman Kristian dan bukan hanya mengetahuinya saja.
Memberi katekesis itu bukanlah hanya memberi pengetahuan tentang iman tetapi ia merupakan perkongsian dan kesaksian iman kita akan cinta kasih kita kepada Allah dan pengalaman peribadi akan cinta kasih Allah kepada kita.
Maka para katekis pembimbing mestilah mencintai Gereja, taat setia kepada ajaran-ajaran Gereja dan Injil Kristus adalah amat penting. Jika kehidupan seseorang katekis atau pembimbing itu tidak sehaluan dengan ajaran-ajaran Injil dan Gereja, ini bererti hidupnya berlawanan dengan iman Katolik.
Tuhan Yesus berkata: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?” (Lk 9:39). Dalam kata lain, dalam pembimbingannya tidak tidak ada kesaksian yang sebenar

3. Persiapan Awal
Jika kita membuat persiapan awal dan rapi dengan apa yang kita ingin ajarkan kepada mereka yang kita bimbing, tentu sekali ini sangat membantu dalam perkongsian kita.
Jika seseorang katekis pembimbing mahu menyampaikan suatu tema supaya dimengerti oleh para pendengar, dia mestilah memahami tema itu dengan baik dan tahu bagaimana cara untuk menyampaikannya dengan mudah dimengerti dan berkesan.

4. Interaksi yang Baik
Manusia mendapat pembentukan keperibadiannya melalui interaksi yang baik dengan sesama manusia.
Hubungan manusia yang baik adalah sangat penting dalam hidup kita sebab ia membantu kita untuk saling memahami, menghormati dan mengasihi satu sama lain.
Masalah besar dan penghalang utama untuk membangun hubungan manusia yang baik adalah sikap tertutup di mana tidak ada interaksi yang baik di dalam komuniti.
Jika tidak ada hubungan baik di antara para katekis pembimbing dengan paderi paroki terutama sekali dan MPP serta komiti dan kerasulan yang lain masalah besar akan timbul.
Interaksi yang baik juga harus terjalin di antara para katekis pembimbing dengan para katekumen atau mereka yang dibimbing.

5. Jenaka
Jadikanlah setiap pertemuan dan pembelajaran yang anda laksanakan itu suatu suasana yang menggembira dan menyenangkan hati supaya para katekumen atau kanak-kanak yang dibimbing bersemangat untuk mendengar.
Janganlah terlalu serius sangat dalam menyampaikan suatu pengajaran tetapi selitkan cerita yang mentertawakan tetapi ada pesanan dalamnya.
Dengan adanya sedikit jenaka dari para katekis pembimbing, pertemuan itu menjadi hidup dan membahagiakan.

6. Mempunyai Minat untuk Terus Belajar
Seorang guru mempelajari banyak daripada mereka yang dia ajar.
Seorang guru tidak dapat mengajarkan apa yang dia sendiri tidak tahu.
Dia harus belajar terlebih dahulu tentang subjek yang dia ingin ajarkan kepada murid-muridnya.
Para katekis pembimbing merupakan guru agama maka mereka haruslah memiliki pengetahuan agama yang mendalam.
Oleh itu sangat penting ada usaha peribadi untuk memperdalam dan memperluaskan pengetahuan agama dengan membaca buku-buku, artikel dan majalah rohani serta mengikuti kursus atau seminar tertentu.
Jika anda kurang mengerti mengenai beberapa ajaran Gereja, bertanyalah kepada mereka yang lebih arif dalam ajaran-ajaran Gereja.

7. Menghormati
Sikap menghormati merupakan nilai Kristian yang penting dan harus diamalkan oleh setiap umat Kristian.
Jika kita ingin dihormati oleh orang lain kita haruslah terlebih dahulu menghormati orang lain sama ada tua atau muda dan juga kanak-kanak.
Jika kita menghormati pendapat atau pandangan orang lain mereka akan lebih terbuka berbincang dengan kita.
Para katekis pembimbing haruslah mempunyai sikap rendah hati, bersikap jujur dan terus terang.
Jika anda ditanya dengan suatu soalan yang anda tidak tahu menjawabnya, katakan dengan terus terang bahawa anda sendiri tidak tahu dan katakan bahawa anda akan bertanya kepada orang yang lebih arif supaya persoalan itu dapat dijawab nanti. Berterima kasihlah kepadanya kerana dengan soalannya itu anda dapat mengetahui sesuatu yang baru.
CABARAN DALAM KATEKESIS


1. Pewartaan Injil
2. Pembentukan Iman
3. Iman dan Pertaubat
4. Pembentukan dan pendalam Iman Para Katekis

1. Pewartaan Injil
“Pergilah keseluruh dunia, beritahkanlah Injil kepada segala makhluk” (Mk 16:15).
 Tuhan Yesus sebelum dia naik ke syurga memberi perintah kepada para muridnya untuk pergi memberitahkan atau mewartakan Injil.
 Penginjil
 Yesus Kristus adalah penginjil yang pertama dan yang agung.
 Dia telah mewartakan kerajaan Allah dan pewartaannya ini didifinasikan sebagai Injil atau Khabar Baik.
 Untuk Injil inilah Yesus mengorbankan seluruh hidupnya di dunia supaya orang yang percaya dapat mengambil bahagian dalam sukacita kerajaan Allah.
 Perintah Yesus
“pergilah...beritahkanlah Injil”
Ia merupakan panggilan dan pengutusan untuk setiap umat Kristian untuk turut serta dalam perwataannya atau misinya menghadirkan kerajaan Allah.
 Perwartaan Injil
Pewartaan Injil itu adalah ditujukan kepada mereka yang belum mendengar tentang Khabar Baik yang diperkenalkan oleh Kristus kepada dunia.
Perwartaan Injil merupakan elemen atau unsur utama dalam penginjilan.
 Injil itu adalah kata-kata (pengajarannya) dan perbuatan Yesus Kristus dalam menghadirkan Kerajaan Allah dan menyatakan kebenaran mengenai Allah dan keselamatan kepada dunia.
 Tuhan Yesus telah mengutus para muridnya untuk pergi mewartakan Injil kerajaan Allah ke seluruh dunia melalui perkataan dan perbuatan mereka.
 Maka mereka yang terlibat dalam penginjilan dituntut supaya senantiasa disegarkan oleh sabda Allah agar mereka dapat memantapkan iman Kristian mereka.
 Sebab firman Allah dalam Alkitab itu merupakan dasar utama iman kita sebagai umat Kristian.
 Keutamaan Sabda Tuhan
“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang Ku perintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engakau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ul 6:4-7).
Teks ini memberi penekanan tentang pentingnya firman Tuhan itu dalam hidup orang-orang beriman.
 Dapat kita simpulkan bahawa katekesis atau pengajaran yang tidak pusat dan berpadukan pada firman Allah bukanlah merupakan katekesis Kristian yang sebenar.
 Menyampaikan katekesis itu merupakan penginjilan dan pewartaan firman Allah kepada mereka yang ingin menjadi Kristian.
 Ia bukanlah semata-mata membimbing dan mengajar orang bagaimana menjdi seorang Kristian.

2. Pembentukan Iman
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku perintahkan kepadamu” (Mt 28:19-20a).
Katekesis pada dasarnya bukanlah semata-mata informasi tentang iman Kristian sahaja tetapi ia lebih merupakan pembentukan iman dalam hidup setiap peribadi yang ingin menjadi Kristian.

KATEKESIS
 Katekesis itu sepatutnya mengarah kepada pertaubatan dan pembaharuan dalam hidup para katekumen. Tuhan Yesus telah memberi perintah kepada para muridnya “jadikanlah semua bangsa muridku, ajarlah mereka melakukan yang ku perintahkan.”
 Perkataan jadikanlah muridku dan melakukan perintahku itu haruslah diberi penekanan dalam penyampaian katekesis.
 Sebab seorang Kristian itu dipanggil untuk menjadi murid Yesus Kristus dan tuntutan sebagai murid adalah setia melakukan kehendak Tuhan.
MENJADI MURID YESUS
 Ini haruslah menjadi salah satu dasar utama dalam iman dan kehidupan umat kristian dan ia perlu dibentuk dan dipupuk dalam hidup setiap peribadi yang ingin menjadi Kristian.
 Tuhan memberi penekanan tentang pentingya mereka menjadi muridnya terlebih dahulu dan barulah mereka boleh dibaptis.
 Kewajipan Utama Para Katekis Pembimbing
 Kewajipan utama para pembimbing atau katekis sebagai penyampai ketekesis adalah membimbing para katekumen menjadi murid Yesus Kristus yang sebenar dan membantu mereka menjadi orang-orang Kristian yang setia melakukan kehendak Tuhan dalam hidup mereka. Bukan sekadar menjadi Kristian saja.
 Apa yang dikehendak oleh Tuhan bukannya kuantiti orang yang menjadi pengikutnya tetapi kualiti iman mereka sebagai murid-muridnya.

3. Iman dan Pertaubatan
“Bertaubatlah dan percayahlah kepada Injil” (Mk 1:15b).

 Jika katekesis yang kita sampaikan itu mempunyai unsur pembentukan iman dalam setiap peribadi katekumen, calon krisma dan komuni pertama tentu sekali ia akan membawa perubahan besar dalam hidup mereka.
 Sebab iman dan pertaubatan itu tidak dapat dipisahkan. Iman itu merupakan pertaubatan dan menjadikan Kristus pusat kehidupan seorang Kristian.
 Pembentukan Iman yang Berterusan
 Iman itu adalah pertemuan secara peribadi dengan Kristus dan menjadi muridnya.
 Iman tanpa pertaubatan tidak akan bertahan lama. Kita harus faham bahawa pertaubatan merupakan suatu proses yang berterusan sampai ke akhir hayat hidup kita.
 Sebab itulah pembentukan iman Kristian itu haruslah berterusan dan tidak berkesudahan pada tahap-tahap tertentu saja.
 Semuanya ini hanya dapat dilaksanakan melalui karya Roh Kudus.
Iman itu merupakan penyerahan diri secara total kepada Allah.
Dalam Konsili Vatikan II dinyatakan; “Dengan iman manusia secara bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan secara total intelek serta kehendaknya kepada Allah yang mewahyukan dan secara sukarela menerima wahyu yang dia berikan. Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong; dia haruslah mendapat bantuan batin Roh Kudus yang mengerakkan hati dan mentaubatkan-nya kepada Allah” (DV, Wahyu Ilahi no.5).
Iman dan pertaubatan haruslah datang dari hati atau batin seseorang dan bukannya dari kepala. Sebab keperibadian seseorang terletak pada batinnya.
Jika batin seseorang itu benar-benar berubah kerana menerima iman yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya maka seluruh hidupnya akan berubah dan dia mudah dipimpin oleh Roh Kudus untuk melakukan kehendak Allah.
Kualiti iman seperti inilah yang kita ingini sebagai seorang Kristian.
Iman seperti ini dapat kita teladani dari Bonda Maria sebab itulah Gereja sangat menghormati imannya itu.

4. Pembentukan dan Pendalaman Iman Para Katekis
Konsili Vatikan Kedua dalam Ad Gentes (Dekrit tentang kegiatan missionari Gereja) menyatakan;

“Pada zaman kita ini hanya sedikit sahaja jumlah para paderi untuk menginjil orang yang begitu ramai sekali dan untuk melaksanankan pelayanan pastoral. Maka tugas para katekis adalah sangat penting. Oleh sebab itu pendidikan mereka haruslah bersesuaian dengan kemajuan kebudayaan supaya mereka menjadi rakan sekerja para paderi dan mampu menunaikan tugas mereka dengan sebaik mungkin, tugas-tugas yang baru dan yang lebih berat” (AG 17).
Konsili Vatikan Kedua menekankan betapa pentingnya pembentukan dan pendalaman iman para katekis atau pembimbing di masa sekarang.
Para katekis haruslah mempunyai pengatahuan asas tentang tiga perkara yang sangat penting dalam hidup Gereja:

1. Pengetahuan asas tentang Alkitab

2. Pemahaman tentang ajaran-ajaran dasar Gereja

3. Pengetahuan mendalam tentang liturgi
KEUTAMAAN DALAM KATEKESIS


1. MEMBANGUN HUBUNGAN INTIM DENGAN KRISTUS


2. BERIMAN PADA ALLAH TRITUNGGAL MAHAKUDUS: BAPA, PUTERA DAN ROH KUDUS.


3. MERAYAKAN, MENGHARGAI LITURGI – EKARISTI


4. HIDUP BERKOMUNITI DAN MISI

1. Membangun Hubungan intim dengan Kristus

• “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu...sesiapa yang tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa...Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan mendapatnya” (Yoh 15:4-5, 7).
• Hubungan Intim dengan Tuhan
• Tujuan akhir katekesis itu bukan hanya membawa orang mengenali Yesus Kristus tetapi juga membangun kesatuan dan hubungan intim dengannya.
• Katekesis merupakan proses pembimbingan melalui pewartaan Injil untuk mentaubatkan orang supaya mereka mengenali Kristus dengan lebih dekat dan secara peribadi serta mempunyai hubungan intim dengannya sepanjang hidup mereka.
• Tanpa adanya hubungan intim dengan Kristus hidup Kristian itu tidak ada ertinya, sebab Tuhan Yesus berkata “di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa...sesiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering” (Yoh 15:5-6).
• Dibimbing untuk Membangun Hubungan Intim dengan Tuhan
• Para katekumen, kanak-kanak calon penyambutan pertama, dan calon sakramen krisma haruslah dibimbing langkah demi langkah untuk mendekati Tuhan dan bagaimana mereka dapat membangun hubungan yang intim dengan Yesus Kristus secara konsisten di dalam perjalanan iman mereka setiap hari.
• Dibimbing Untuk Lebih Dekat Dengan Tuhan
• Kanak-kanak, para katekumen, calon sakramen krisma dan penyambutan pertama perlu diberi tunjuk ajar apa itu doa, mengapa perlu berdoa dan dibimbing bagaimana berdoa dengan baik.
• Tahu berdoa itu tidak cukup mereka haruslah dibimbing bagaimana untuk taat berdoa dan menghayati sabda Allah setiap hari.
• Kesaksian Dalam Hidup
• Sebagai para katekis pembimbing kita semua dituntut untuk taat berdoa dan menghayati sabda Allah setiap hari.
• Hubungan intim kita dengan Tuhan itu haruslah nyata sebagai kesaksian kepada para katekumen dan mereka yang kita bimbing.

2. Beriman pada ALLAH TRITUNGGAL MAHAKUDUS

“Jadilah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mt 28:19).
• Katekesis itu sebenarnya berasal dari pengakuan iman dan membawa kepada pengakuan iman.
• Dasar pengakuan iman Kristian yang termaktub dalam sakramen pembaptisan iaitu Allah Tritunggal.
• Gereja membaptis angota-angotanya dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus – dalam nama Allah Tritunggal kepada siapa orang Kristian menyerahkan seluruh hidup mereka.
• Beriman Pada Allah Tritunggal
• Beriman dan komited kepada satu-satunya Allah yang bersifat Tritunggal ini merupakan salah satu dasar utama dalam katekesis Kirstian.
• Pengakuan iman akan satu Allah itu menuntut kita mentaati-Nya sahaja dan tidak ada allah-allah yang lain lagi bagi kita.
• Dalam pengakuan iman kita nyatakan bahawa kita “percaya kepada Allah Bapa, Yesus Kristus Puter-Nya dan Roh Kudus.”
• Katekesis bertujuan untuk membantu para katekumen terutama sekali, mengakui misteri Allah Tritunggal dan membawa mereka mentaati-Nya sahaja.
• Pengakuan Iman
• Mengakui bahawa hanya ada satu Allah, orang Kristian menolak penyembahan terhadap kuasa-kuasa lain selain daripada Allah atau penyembahan berhala.
• Perkara ini perlulah diberi penekanan dalam penyampaian katekesis kepada para katekumen. Supaya apabila mereka sudah dibaptis nanti mereka tidak lagi mengamalkan cara hidup lama yang masih dikuasai oleh kepercayaan lama dan ketakutan serta melayani kuasa-kuasa lain.
• Sebagai orang Kristian kita telah dibebaskan oleh Kristus supaya kita dapat hidup menurut bimbingan Roh Kudus (ruj. Gal 5:16-26).
• Sebab itulah mereka harus dibimbing untuk membangun hubungan intim dengan Allah dalam kesatuan dengan Yesus Kristus dan melalui bantuan Roh Kudus.

3. Merayakan, Menghargai dan Menghayati Liturgi – Ekaristi
• Liturgi merupakan pusat kehidupan dan segala aktiviti Gereja sejagat serta Gereja tempatan.
• Ia adalah kewajipan harian umat Allah untuk mengungkapkan kesatuan dan hubungan intim dan cinta kasih dengan Allah.
• Maka ia haruslah menjadi salah satu dasar utama dalam katekesis Kristian.

EKARISTI SUMBER KEHIDUPAN KITA
Jika kepentingan liturgi terutama sekali Ekaristi tidak ditekankan dalam katekesis akibatnya adalah sesudah pembaptisan, menerima komuni pertama dan krisma mereka tidak akan datang lagi ke Gereja pada setiap hari Minggu dan pada perayaan-perayaan liturgi yang lain. Kadang- kadang saja datang.

Bagi kita umat Katolik merayakan Ekaristi itu bukan sahaja kewajipan tetapi ia adalah kehidupan dan cara hidup kita.

Konstitusi tentang Liturgi Suci, no. 10).
• Liturgi itu adalah puncak yang dituju oleh kegiatan Gereja, dan serta-merta sumber segala daya-kekuatannya.
• Semua orang melalui iman dan pembaptisan menjadi putera-puteri Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut serta dalam Korban, dan menyantap perjamuan Tuhan.
• Liturgi itu sendiri mendorong umat beriman, supaya sesudah dipuaskan dengan sakramen-sakramen Paska menjadi satu dalam kekudusan, dalam doa Ekaristi itu adalah supaya mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hari apa yang mereka peroleh dalam iman.
• Pembaharuan dalam Ekaristi iaitu perjanjian Tuhan dengan manusia adalah daya penarik umat dan mengobarkan umat beriman dalam cinta kasih Kristus yang membara.
• Dari Liturgi, terutama sekali dari Ekaristi, rahmat Allah dicurahkan kepada kita, sebagai sumber pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus, di mana semua karya Gereja yang lain diarah pada tujuan akhirnya dapat dicapai secara efektif
“supaya hasil baik dapat diperolehi sepenuhnya, umat beriman perlulah datang menghadiri liturgi suci dengan sikap-sikap yang bersesuaian (dengan perayaan). Hendaklah mereka menyesuaikan hati dan fikiran dengan apa yang mereka ucapkan, serta bekerja sama dengan rahmat syurgawi, supaya jangan sia-sia menerimanya (ruj. 2 Kor 6:1)” (SC 11).

“Gereja sangat menginginkan supaya semua orang beriman dibimbing ke arah keikut sertaan yang sepenuhnya, sedar dan aktif dalam perayaan-perayaan liturgi. Keikut sertaan seperti itu dituntut oleh hakikat liturgi sendiri dan bedasarkan pembaptisan merupakan hak serta kewajipan umat Kristian “sebagai bangsa terpilih, imamat rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (I Ptr 2:9)” (SC 14).

4. Hidup Berkomuniti dan Misi

Setiap orang Kristian dibaptis di dalam komuniti dan melalui komuniti Kristian itu imannya akan berkembang. Maka oleh itu para katekuman haruslah didedahkan pada hidup berkomuniti. Perlu ditegaskan keapda mereka bahawa mereka harus turut serta dalam komuniti Kristian di mana mereka tinggal. Sebab hidup berkomuniti itu adalah sifat hidup Tritunggal Maha Kudus. Allah sendiri adalah komuniti Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Dalam cara kehidupan sedemikian hidup umat Kristian itu menjadi suatu kesaksian akan kasih dan penyelamatan Allah kepada masyarakat setempat. Menghadirkan kerajaan Allah dalam kehidupan mereka setiap hari dan dalam masyarakat merupakan panggilan Kristian. Melalui hidup berkomunitilah mereka dapat turut serta dalam misi Kristus dan Gereja.
Komuniti-komuniti ini apabila bergerak dalam paroki dengan bimbingan para paderi dan Uskup akan menghidupkan paroki di dalam ibadat dan misinya untuk mewartakan Kerajaan Allah.
Bila umat menyedari panggilan untuk menempuh jalan ke arah persekutuan iman, maka semangat saling membantu antara satu sama lain akan didorong oleh Roh Kudus supaya umat sama-sama semakin:
 mengenali Tuhan dan Khabar Gembira-Nya.
 membuka diri kepada cinta kasih Tuhan yang setia.
 berusaha menanamkan semangat cinta kasih dalam setiap keadaan hidup.
 mengabdikan diri kepada Allah dan sesama.

IMAN MENURUT AJARAN GEREJA KATOLIK

IMAN MENURUT AJARAN GEREJA KATOLIK


Apakah Iman itu Sebenarnya Menurut Gereja Katolik
• Gereja mengajarkan bahawa iman itu adalah pemberian atau karunia yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita melalui Roh Kudus.
• Ia merupakan rahmat yang diberikan oleh Allah kepada kita secara percuma.

KGK no: 37-38
Menyatakan bahawa untuk mengetahui Allah dengan akal sahaja manusia mengalami berbagai kesukaran.
Sesungguhnya, dengan dirinya sendiri sahaja ia tidak mampu untuk masuk ke dalam keakraban dengan misteri ilahi.
Maka ia perlu diterangi dengan wahyu Allah, bukan sahaja mengenai perkara-perkara yang melampaui batas kefahamannya, tetapi juga perkara-perkara kebenaran religius dan moral.

KGK No: 50-53, 68-69
• Mengatakan bahawa dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Allah berkenan menyatakan diri-Nya.
• Dengan perbuatan dan perkataan, Dia menyatakan diri-Nya dan rencana kebaikan penuh kasih-Nya yang ditetapkannya sejak semula di dalam Kristus.
• Menurut rencana ini, semua orang oleh kuasa Roh Kudus berkongsi di dalam kehidupan ilahi sebagai “anak-anak” angkat di dalam Putera Allah yang tunggal.

KGK No: 54-58, 70-71
Menjelaskan, sejak permulaan, Allah telah menyatakan diri-Nya kepada manusia pertama, Adam dan Hawa, kemudian mengajak mereka membangun hubungan akrab dengan-Nya.

Selepas kejatuhan mereka dalam dosa, Dia tidak menamatkan wahyu-Nya kepada mereka tetapi menjanjikan keselamatan kepada seluruh keturunan mereka.
Selepas air bah, Dia mengadakan perjanjian dengan Nuh, satu perjanjian antara Dia dengan seluruh makhluk hidup.

KGK No: 65-66, 73
• Tahap penuh dan muktamad wahyu Allah disempurnakan di dalam Firman-Nya yang menjadi manusia, yakni Yesus Kristus, perantara yang menggenapi seluruh Wahyu.
• Dia, sebagai Putera Tunggal Allah yang menjadi manusia, adalah Firman Bapa yang sempurna dan muktamad.
• Wahyu kini telah lengkap, walaupun iman Gereja harus secara beransur-ansur memahami maknanya yang sepenuh sepanjang peredaran abad.

KGK No: 74
Allah “menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4), iaitu, Yesus Kristus.
Atas sebab ini, Kristus harus diwartakan kepada semua menurut perintah-Nya, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:19).
Dan ini dilaksanakan melalui Tradisi Apostolik.

KGK. 84, 91, 94, 99
Para Rasul mempercayakan inti iman kepada seluruh Gereja. Syukur kerana pengertian iman umat Allah yang adikudrati (supernatural), dibantu oleh Roh Kudus dan dibimbing oleh Magisterium Gereja; Gereja tidak putus-putus untuk menerima, menyelami secara mendalam dan menghidupinya secara penuh dari anugerah wahyu ilahi.

KGK. 131-133, 141-142
• Kitab Suci memberi sokongan dan tenaga kepada kehidupan Gereja. Bagi anak-anak Gereja, ia adalah sebuah pengesahan iman, makanan bagi jiwa dan mata air bagi kehidupan rohani.
• Kitab Suci adalah jiwa bagi teologi dan pewartaan pastoral. Pemazmur berkata bahawa ia adalah “Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119:105).
• Oleh itu, Gereja mengesyorkan agar semua sentiasa membaca Kitab Suci kerana “kejahilan terhadap Kitab Suci bermakna juga kejahilan terhadap Kristus” (St. Jerome).

Sifat-Sifat Iman Kristian

KGK No: 153-165, 179-180, 183-184
• Iman adalah sifat baik adikudrati (supernatural) yang mana perlu bagi keselamatan.
• Ia adalah kurnia percuma dari Allah dan dapat dicapai bagi mereka yang secara rendah hati mencarinya.
• Tindakan iman adalah satu tindakan manusia, iaitu, suatu tindakan dari pemikiran seorang peribadi – didorong oleh keinginan yang digerakkan oleh Allah – yang secara bebas bersetuju dengan kebenaran ilahi.
• Iman adalah juga nyata kerana ia berdasarkan Firman Allah: ia bekerja “oleh kasih” (Galatia 5:6); dan ia tumbuh secara berterusan melalui pendengaran akan Firman Allah serta melalui doa.
• Ia juga, adalah mencicipi sukacita syurgawi sekarang ini.

KGK No: 166-169, 181
• Iman merupakan tindakan peribadi kerana ia adalah jawapan bebas manusia kepada Allah yang menyatakan diri-Nya. Tetapi dalam masa yang sama ia adalah suatu tindakan kegerejaan yang mengungkapkan dirinya sendiri di dalam pewartaan, “Kami percaya”.
• Sebenarnya Gerejalah yang percaya: dan dengan demikian oleh rahmat Roh Kudus mendahului, membentuk dan menyuburkan iman setiap umat Kristian. Atas sebab inilah Gereja adalah Ibu dan Guru.
“Tiada seorang dapat memiliki Allah sebagai Bapa jika tidak memiliki Gereja sebagai Ibu.”
(Santo Siprian)

KGK No: 170-171
Rumusan iman (Syahadat/Aku Percaya) adalah penting kerana ia membuatkan seseorang mengungkapkan, menyerapkan, merayakan dan mengongsikan dengan yang lain kebenaran iman melalui satu bahasa umum.

KGK No: 172-175, 182
• Gereja, walaupun terdiri dari peribadi-peribadi yang mempunyai berbagai-bagai bahasa, budaya dan tatacara, bagaimanapun mengakui dengan satu suara akan iman yang telah diterima dari Tuhan yang satu dan dilanjutkan oleh Tradisi Apostolik.
• Ia mengakui satu Allah saja, Bapa, Putera dan Roh Kudus, dan mengarah kepada satu jalan keselamatan.
• Oleh itu, kita percaya dengan sehati dan sejiwa semua yang terkandung di dalam Firman Allah, yang diperturunkan atau dituliskan, dan yang mana diakui oleh Gereja sebagai wahyukan oleh ilahi.

Iman Merupakan Pengalaman Hubungan Dengan Allah

Pengalaman Akan Kehadiran Allah

• Iman itu lebih daripada mengetahui dan percaya akan kewujudan Allah.
• Ia merupakan suatu pengalaman yang terindah akan kehadiran Allah di dalam kehidupan seseorang.
• Mengalami Allah sebagai yang Mahakuasa, Bapa yang maha pengasih, pengampun, penyelamat, pelindung, penolong, penghibur, kekuatan dan bahawa Dia adalah segala-galanya bagi orang yang sungguh-sungguh beriman.

Penyerahan Hidup Kepada Allah

• Melalui pengalaman iman ini seseorang itu menyerahkan seluruh hidupnya atau dirinya kepada Allah (ruj. Lk 1:38 iman Bonda Maria).
• Iman itu tidak dapat diajarkan kepada sesiapa, ia hanya dapat dikongsikan dan disaksikan kepada orang lain.
• Iman bermula dari hati ke roh seseorang melalui mendengar firman Tuhan.
• Bila iman itu sudah menjiwai seseorang walau apa pun berlaku sehingga nyawanya tergadai sekalipun kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah tidak akan tergugat sama sekali (ruj. Mat 7:24-27).

Iman Itu Hidup dan Dinamik


Iman Adalah Suatu Proses

Perkembangan iman merupakan suatu proses pertaubatan setiap hari dengan memusatkan kehidupan harian pada Kristus atau membangun hubungan intim dengan-Nya.

Menerima Yesus sebagai Tuhan atas segala-galanya dalam kehidupan kita. Tuhan atas segala yang kita lakukan, fikirkan, kelemahan, kekuatan, kegembiraan dan kesedihan (ruj. Gal 2:20).

Iman Adalah Hubungan Peribadi Dengan Tuhan
• Iman itu adalah hubungan dengan Allah secara personal dan dengan ciptaan-Nya, iaitu dengan sesama manusia dan alam semulajadi.
• Iman itu adalah respond atau sahutan kepada kehendak Allah untuk melayani-Nya dan sesama kita dalam cinta kasih, pengharapan dan sukacita (Mk 12:30-31).
• Iman adalah melakukan pelayanan untuk kebaikan semua orang seperti yang dikata oleh Yokobus, “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati” (Yok 2:17).
• Tanpa kasih iman tidak akan bertumbuh, ia akan menjadi layu dan tidak berguna (1 Kor 13:1-13).

Iman Bukanlah Perasaan
• Iman itu bukanlah perasaan tetapi membuka diri sepenuhnya secara radikal kepada kehendak Allah dalam pesanan Injil.
• Iman itu adalah seperti: benih yang tumbuh membesar dan menghasilkan buah, terang yang menerangi kegelapan dan garam yang memberi rasa dan erti pada kehidupan manusia.
• Tanpa iman Roh Kudus tidak dapat berkarya di dalam diri kita. Kehidupan Kristian akan menjadi kosong dan tidak memberi erti dalam kehidupan.
• Maka adalah amat penting untuk selalu berdoa meminta karunia iman dari Allah dan memohon pertolongan Roh Kudus untuk meneguh dan mengembangkan iman kita.

7 Peringkat Iman

1. Iman Kanak-Kanak
Apabila seorang bayi atau anak kecil dibaptis, dosa asal dan kuasa kejahatan dihapuskan dan dia menerima Roh Kudus dan kehidupan baru. Tetapi anak itu tidak menyedarinya. Maka dia tidak dapat mempraktik kehidupan barunya dan tidak aktif dalam iman. Masih ramai orang Kristian dewasa yang terperangkap dalam peringkat iman ini.

2. Iman Ikut-Ikutan
• Iman yang berdasarkan pada tanda-tanda kelihatan.
• Seseorang itu menjadi benar-benar percaya kerana dia telah melihat keajaiban kuasa Tuhan seperti kesembuhan atau mukjizat.
• Jika perkara seperti ini tidak lagi berlaku, maka imannya pun menjadi layu.
• Iman seperti ini belum begitu mendalam, ia masih lagi berdasarkan perasaan (ruj. Yoh 20:29).

3. Iman Berdasarkan pada Komuniti
• Ramai orang Kristian yang imannya sangat bergantung pada komuniti Kristian di mana dia tinggal. Tanpa komunitinya dia tidak dapat berbuat apa-apa.
• Komitmennya terhadap Allah adalah melalui komuniti sahaja dan bukannya secara personal.
• Ini selalu berlaku apabila seseorang yang sangat aktif di dalam pelayanan bagi Gereja kerana dia adalah ahli komuniti yang aktif. Tetapi apabila dia dipinda atau berpinda ke suatu tempat di mana dia jauh terpisah dari komunitinya maka dia juga akan menjauhkan diri dari pelayanan atau dari Gereja.
• Iman seperti ini tidak personal dan mendalam hanya pada kulit saja.

4. Iman yang Mendalam dan Personal
• Seseorang yang hidupnya berpusat pada Kristus dan dia mempunyai hubungan yang intim dan personal dengan Yesus.
• Dia mengutamakan Allah dalam segala hal dalam hidupnya. Tuhan adalah segala-galanya bagi dirinya dan tanpa Tuhan dia tidak dapat melakukan apa-apa (Yoh 15:5).
• Semuanya ini diungkapkan-nya melalui kesetiaan berdoa, menghayati Sabda Allah, merayakan sakramen-sakramen dan mengamalkan cinta kasih di dalam pelayanan pada Allah, Gereja dan sesamanya. 

5. Iman Para Murid
• Komitmen yang total kepada Tuhan dalam segi doa dan pelayanan.
• Menyerahkan seluruh kehidupan kepada Tuhan dan turut serta dalam pelayanan dan misi Kristus serta meneladani jejak langkah Tuhan (Mk 8:34-35).
• Sikap sebagai murid adalah selalu belajar dari Tuhan.
• Mengamalkan sikap bersatu dengan Kristus, melayani bersama Kristus dan melayani seperti Kristus.


 
6. Iman Para Rasul

Guru keimanan dan penginjil.
Seluruh kehidupan mereka adalah mewartakan khabar gembira atau Injil, memperkenalkan Allah kepada orang yang belum mengenali-Nya dan membawah orang lain mendekati Tuhan.
Menjadi Kristus untuk orang lain.

7. Iman Para Matir
Para matir adalah saksi iman, mereka mati demi mempertahankan dan memperjuangkan iman Kristian.
Iman yang menjiwai seluruh kehidupan mereka. Di mana mereka bersedia untuk menerima apa sahaja bentuk penganiayaan, penderitaan dan rela mati untuk Kristus dan sesama.

Penutup
• Iman memberi kita kuasa untuk melakukan sesuatu yang mustahil. Tuhan Yesus sendiri telah memberi kita keyakinan akan kekuasaan iman itu (ruj. Yoh 14:12-14).
• Tetapi persoalannya, apakah kita sungguh-sungguh percaya dan yakin akan jaminan Tuhan Yesus ini?
• Kadangkala apabila kita dicabar mengenai iman kita, kita malu menerima cabaran itu.
• Apabila kita berdoa kita kurang yakin bahawa Allah akan mendengar doa kita itu lalu kita tidak membuat apa-apa terhadap apa yang kita doakan itu.

Iman itu merupakan proses yang lama. Ia adalah suatu perjalanan yang jauh sehinggalah kita bertemu dan bersemuka dengan Allah.

Perjalanan iman adalah seperti pelayaran di lautan yang luas menuju ke destinasi yang paling indah sekali yang tidak ada bandingnya.  Tetapi untuk sampai ke sana kita perlu bergelut menghadapi pukulan ombak dan badai. Kita tahu ombak dan badai tidak berkekalan, ia datang dan pergi.
Begitu juga dalam perjalanan iman kita di dunia ini, kita harus berani menghadapi segala cabaran dan dugaan dalam iman dengan penuh keyakinan sebab Tuhan sentiasa menyertai kita (Mat 28:20b; Rom 8:31-39 ).

“IBUBAPA SEBAGAI KATEKIS UTAMA

“IBUBAPA SEBAGAI KATEKIS UTAMA

KELUARGA - IBUBAPA

• Keluarga bermula dari perkahwinan dan perkahwinan bermula dari percintaan seorang lelaki dan seorang wanita.
• Anak-anak merupakah buah cinta kasih antara suami dan isteri.
• Maka wujudlah sebuah keluarga yang dibentuk, dijaga, dipimpin dan dibangun oleh ibubapa.

KELUARGA MANUSIA - KRISTIAN

• Kita lahir di dalam dunia ini melalui sebuah keluarga yang didirikan oleh pasangan suami isteri. Melalui keluarga kita mengenali dan mengelami kehidupan sebagai manusia.
• Di dalam keluarga kita mengelami cinta kasih Allah melalui kasih sayang ibu bapa. Di dalam keluarga Kristian kita mengenali Tuhan Yesus Kristus sebagai penyelamat dunia – kasih Allah kepada manusia.

KELUARGA – SEKOLAH – IBUBAPA ADALAH GURU UTAMA

• Keluarga merupakah sekolah pertama bagi setiap insan belajar untuk memahami dan menghayati erti dan tujuan kehidupan manusia di dunia ini.
• Keluarga merupakan tempat di mana anak-anak belajar untuk menjadi manusia yang sempurna.
• Keluarga merupakan tempat pembentukan awal kemanusiaan dan iman anak-anak.
o Bagi kita umat Kristian keluarga itu adalah “Gereja domestik” (gereja rumah).
• Semuanya ini adalah dibawah tanggungjawab Ibubapa
• sebagai katekis utama bagi anak-anak mereka di rumah.

KELUARGA EJEN PENGINJILAN YANG BERMULA DARIPADA IBUBAPA
• Keluarga adalah tempat di mana kebenaran Injil diamalkan dan anugera yang dikongsikan oleh ahli keluarga kepada masyarakat.
• Keluarga adalah ejen penginjilan yang paling berkesan pada zaman sekarang.
• Keluarga-keluarga Kristian dipanggil untuk bersaksi bagi Injil dalam apa juga keadaan dan kesulitan hidup mereka.
• Untuk menjadi ejen penginjilan dalam era yang moden ini keluarga-kelaurga Kristian perlulah melahirkan murid-murid Yesus.
• Semuanya ini harus bermula daripada IBUBAPA
• Panggilan Keluarga Kristian
• Membangun Komuniti Kehidupan dan Komuniti Cinta Kasih.
• Membangun Iman Kristian dan Membangun Gereja
• Membangun Komuniti Kehidupan dan Komuniti Cinta Kasih
• Keluarga yang dibentuk dan dihidupkan oleh cinta kasih merupakan komuniti manusia yang terdiri daripada: suami dan isteri, anak-anak serta nenek dan datuk.
• Tugas utama di dalam keluarga adalah untuk hidup dengan penuh kesetiaan pada perpaduan yang nyata untuk membangun komuniti manusia yang sejati secara berterusan.
• Prinsip dasar dalam melaksanakan tugas ini adalah cinta kasih.

CINTA KASIH DASAR KELUARGA KRISTIAN
• Tanpa cinta kasih keluarga itu bukan komuniti manusia. Tanpa cinta kasih ia tidak akan hidup dan berkembang menjadi komuniti manusia yang sempurna.
• Cinta kasih tidak akan wujud di dalam keluarga sekiranya Allah tidak hadir di situ. Allah adalah sumber cinta kasih, sebab “Allah itu adalah kasih” (ruj. 1 Yoh 4:8).

PENGORBANAN DALAM KELUARGA
• Semangat pengorbanan adalah sangat penting sekali dalam membangun keluarga Kristian. Cinta kasih tampa pengorbanan adalah cinta kasih palsu yang hanya bersifat sementara sahaja.
• Tampa pengorbanan di dalam keluarga kuasa kasih Tuhan tidak dapat dialami dan kebahagiaan sejati di dalam keluarga merupakan suatu impian yang tidak akan menjadi kenyataan.
• “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Allah telah menyatakan kasih-Nya kepada kita melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di kayu salib (ruj. Yoh 3:16; 1 Yoh 4:9).

KELUARGA – SEKOLAH CINTA KASIH DAN NILAI-NILAI KRISTIAN

• Keluarga itu haruslah menjadi sekolah pertama di mana dasar atau asas cinta kasih dan kesatuan dipelajari.
• Ia adalah sekolah pertama di mana nilai-nilai murni dalam kehidupan manusia dan Kristian diwaris dan diajarkan kepada anak-anak.
• Ibu bapa merupaka guru pertama dan utama dalam perkara ini.
• Pembentukan aklak dan kerohanian anak-anak diperingkat awal adalah tanggungjawab utama ibu bapa di rumah. Tanggungjawab utama ibu bapa ini seharusnya tidak serahkan kepada orang lain.

MENGAMALKAN BUDAYA KASIH

• Sebagai komuniti cinta kasih setiap ahli di dalam keluarga itu haruslah mengelami secara mendalam bahawa dia dimengerti, diterima, dicintai, dihargai dan didorong supaya dia juga belajar untuk mengerti, menerima, mencintai, menghargai dan mendorong yang lain dalam keluarganya.
• Maka ibu bapa dan anak-anak haruslah berusaha mengamalkan kasih yang mendalam di dalam keluarga di mana mereka saling mengasihi, mengampuni, mengerti, mendorong, menyokong, mendoakan dan menegur secara baik di antara satu sama lain. Mereka berjuang bersama dalam menghadapi dan menangani segala masalah dan kesulitan dalam keluarga mereka.
• Pengorbanan kasih Kristus di kayu salib yang dihadirkan dalam perayaan Ekaristi haruslah menjadi dasar utama perjuangan mereka untuk saling mengasihi dan membahagiakan satu sama lain.

MEMBANGUN IMAN KRISTIAN

• Keluarga Kristian merupakan sekolah dasar iman Kristian.
• Tanpa iman yang mantap kita tidak akan dapat melayani kerajaan Allah secara komited dan efektif. Tampa iman kita tidak akan menjadi murid-murid Yesus yang sebenar.
• Iman merupakan pemberian yang percuma dari Allah dan ia haruslah dikongsi kepada sesama kita secara percuma.
• Ibu bapa merupakan katekis atau guru agama pertama dan utama dalam pembentukan iman anak-anak di rumah.

o Pembentukan dan perkembangan iman merupakan
o suatu proses yang berterusan sehinggalah kita dipanggil menghadap Allah.

MEMBANGUN GEREJA

• Keluarga mula dibentuk melalui perkahwinan. Di mana suami isteri Katolik memulakan hidup perkahwinan mereka dalam Gereja melalui perayaan sakramen perkahwinan, Allah memberkati dan mengukuhkan cinta kasih dan kesatuan suami isteri.
• Melaui sakramen perkahwinan mereka dipanggil dan dituntut untuk membangunkan keluarga Kristian dan keluarga itu sekali gus menjadi Gereja domestik atau Gereja rumah serta bertanggungjawab terhadap pembangunan Gereja tempatan.
• Kelahiran anak-anak bukan hanya untuk menambahkan jumlah umat tetapi juga melahirkan generasi baru untuk meneruskan misi dan karya penyelamatan Kristus dan para rasulnya sebagai paderi, religius, katekis dan pemimpin awam Gereja.

KELUARGA – GEREJA DOMESTIK

• Dalam surat Apostolik Gereja di Asia Bapa Suci Yohanes Paulus II menyatakan: “Keluarga Kristian, seperti Gereja pada keseluruhannya, harus menjadi tempat anugerah kehidupan serta amalan kebenaran Injil dan selanjutnya ahli keluarga membawa dan mengongsikannya kepada komuniti yang lebih besar (paroki).
• Keluarga bukan hanya menjadi objek pelayanan pastoral Gereja; ia adalah juga ejen penginjilan Gereja yang paling berkesan.
• Keluarga Kristian hari ini adalah dipanggil untuk bersaksi tentang Injil dalam apa sahaja keadaan, walaupun keluarga itu sendiri diancam oleh berbagai-bagai tekanan.
• Untuk menjadi ejen penginjilan pada setiap masa, keluarga Kristian perlu benar-benar menjadi “Gereja domestik”, menghidupi panggilan Kristian dalam kerendahan hati dan penuh kasih.” Panggilan Kristian – menjadi kudus – kekudusan: hubungan intim dengan Tuhan

KELUARGA TERLIBAT DALAM PELAYAN GEREJA

• Keluarga haruslah bergiat di dalam kehidupan paroki, turut serta dalam sakramen-sakramen, terutama sekali dalam Ekaristi Kudus, sebab Ekaristi merupakan pusat dan puncak segala aktivi dan kehidupan Gereja.
• Mereka harus terlibat dalam melayani orang lain dalam menhidupi semangat Ekaristi itu.
• Ini juga bermakna bahawa apabila keluarga berkumpul ibu bapa haruslah berusaha mengambil peluang untuk berdoa bersama, membaca dan merenungi Alkitab, mengadakan upacara yang sesuai yang dipimpin oleh bapa atau ibu, dan juga menganjurkan rekreasi yang sihat dan membangun hubungan intim didalam keluarga.
• Menjadi Murid-Murid Yesus
• “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku perintahkan kepadamu” (Mt 28:19-20a).
• Tuhan Yesus telah memberi perintah kepada para muridnya “jadikanlah semua bangsa muridku, ajarlah mereka melakukan yang ku perintahkan. Tuhan Yesus memberi penekanan ”jadikanlah...muridku dan ajarlah mereka melakukan perintahku.”
• Sebab seorang Kristian itu dipanggil untuk menjadi murid Yesus Kristus dan tuntutan sebagai murid adalah melakukan kehendak Tuhan.

MENJADI MURID-MURID YESUS

• Bukan intelektual (kepintaran) ataupun kebaikan semulajadi yang penting. Tetapi apa yang paling penting adalah panggilan, inisiatif dari Yesus sendiri (Mrk 1:17-20; Yoh 1:38-50) dan dari Allah Bapa yang memberi kepada-Nya murid-murid (Yoh 6:39; 10:29; 17:6, 12).
• Menjadi murid itu bererti ada hubungan peribadi yang intim dengan Kristus. Dia berkata kepada para murid-Nya: “Mari, ikutlah Aku.” Dalam Injil kata kerja ikut selalu mengungkapkan hubungan peribadi yang intim dengan Yesus (ruj. Mat 8:19-22).
• Mengikuti Yesus bererti meneladani sikapnya, mendengar ajarannya dan hidup sesuai dengan kehendak Kristus (Mrk 8:34-38; 10:37, 42-45; Yoh 12:26).

IBU BAPA MERUPAKAN MURID YESUS YANG PERTAMA DI DALAM KELUARGA

• Setiap umat Kristian yang telah dibaptis dipanggil untuk menjadi murid Yesus Kristus.
• Ibu bapa merupakan murid pertama Kristus di dalam keluarga. Maka mereka bertanggungjawab untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka menjadi murid-murid Tuhan juga.
• Itulah sebabnya mengapa ibu bapa harus menjadi katekis pertama dan utama bagi anak-anak mereka di rumah.
• Benih kemuridan perlulah disemai di dalam fikiran dan hati seorang anak bermula sejak dalam kandungan ibunya lagi.
• Menjadi Seorang Kristian
• Menjadi seorang Kristian itu bukanlah sesuatu perkara yang mudah.
• Ia merupakan suatu panggilan hidup yang sangat mencabar sekali tetapi membawa kebahagiaan sejati dan kehidupan kekal.
• Ia merupakan suatu proses seumur hidup kerena melalui pembaptisan kita dipanggil menjadi seperti Kristus.
• Istilah Kristian itu datang dari nama Kristus maksudnya menjadi Kristian itu adalah proses untuk menjadi:
• Pengikut Kristus: mengikuti jalan hidup Kristus dan meneladani sikap Kristus.
• Murid Kristus: menerima ajaran dan perintah Kristus dan menghayatinya dalam hidup setiap hari.
• Rasul Kristus: turut serta dalam misi Kristus mewartakan khabar baik dan menghadirkan kerajaan Allah di dalam dunia.
• Peranan Ibu Bapa membantu Anak-Anak Menjadi Kristian yang baik
• Bagaimanakah ibu bapa dapat membantu anak-anak mereka menjadi Kristian yang baik?
• Apakah langkah-langkah konkrit atau nyata yang boleh dilakukan oleh ibu bapa untuk pembentukan iman anak-anak mereka?
• Komitmen Waktu Perkahwinan
• Sewaktu perkahwinan suami isteri menjawab; Ya, saya mahu, kepada soalan: Mahukah kamu menerima dengan penuh cinta kasih anak-anak daripada Allah dan mengasuh mereka menurut ajaran Kristus dan Gereja-Nya?
• Waktu pembaptisan anak
• Sewaktu pembaptisan anak ibu bapa menjawab; Ya, kami sedar, kepada soalan: Bersediakah kamu untuk mendidik anak kamu dalam iman kita. Mereka haruslah diajar mengasihi Allah dan sesama, menurut tauladan yang diberikan Kristus kepada kita. Adakah kamu sedar akan kewajipban ini?

KOMITMEN….YA!

• Jawapan ‘Ya’ itu harus diterjamakan dalam tindakan yang nyata. Ibu bapa haruslah berusaha dan berkorban untuk melaksanakan tanggungjawab dan peranan mereka sebagai katekis utama bagi anak-anak mereka.
• Menjadi contoh kepada anak-anak
o Ibu bapa haruslah memberi contoh yang baik kepada anak-anak bagaimana menjadi seorang kristian yang baik rumah.
• Memimpin doa sebelum dan sesudah minum/makan setiap hari dan sebelum tidur.
• Memimpin membaca dan merenung Sabda Tuhan di dalam keluarga sekurang-kurangnya sekali seminggu misalnya untuk bacaan Injil hari Minggu berikutnya.
• Memberkati anak-anak (berdoa) sebelum mereka pergi ke sekolah.
• Mengajar anak-anak berdoa
o Ibu bapa bertanggungjawab untuk mengajar anak-anak berdoa sejak diperingkat awal lagi.
• Anak yang masih di dalam kandungan boleh didoakan dan didengarkan dengan Sabda Tuhan dan juga lagu-lagu rohani (anak yang masih di dalam kandungan boleh mendengar dan merakamkan dalam otaknya apa yang dia dengar dan dia boleh berkomunikasi dengan ibunya).
• Anak yang sudah pandai bercakap sudah boleh diajar berdoa dengan doa-doa yang senang, misal memohon berkat, berterima kasih dan perlindungan Tuhan sebelum dan sesudah makan dan sebelum tidur dan sesudah bagun dari tidur.
• Anak-anak diajar untuk berdoa secara peribadi sesudah bangun dari tidur, sebelum tidur, sebelum belajar dan sebelum dan sesudah makan. Dan juga berdoa untuk kebahagian keluarga.
• Mendampingi anak-anak dalam pebentukan iman mereka
o Ibu bapa bertangunggungjawab untuk mendampingi anak-anak mereka di dalam perjalanan iman mereka. Ibu bapa tidak seharusnya menyerahkan tanggungjawab untuk membentuk iman anak-anak mereka kepada para katekis sahaja.
• Ibu bapa haruslah menceritakan tentang Tuhan Yesus kepada anak-anak yang masih kecil.
• Ibu bapa perlu tahu apa yang dipelajari oleh anak-anak mereka dalam kelas katekesis (agama).
• Ibu bapa perlulah mengulang kaji bersama anak-anak apa yang mereka telah pelajari dalam kelas katekesis dan bersama mereka membuat kerja rumah yang diberikan.
• Ibu bapa haruslah mendorong anak-anak untuk mengikuti kelas katekesis setiap minggu.
• Mendisiplinkan anak-anak berdasarkan Sabda Allah
o Aklak anak-anak mestilah dibentuk sejak mereka masih kecil lagi dan ia haruslah bermula di rumah. Ia adalah tanggungjawab utama ibu bapa. Anak-anak mestilah diajar untuk melakukan apa yang baik dan menjauhkan diri daripada kejahatan. Anak-anak mestilah diberi tahu apa yang mereka boleh lakukan dan yang tidak boleh mereka lakukan terutama sekali apa yang bertentangan dengan hukum Tuhan dalam Kitab Suci dan ajaran Gereja.
• Gunakan 10 Perintah Allah sebagai dasar untuk mendisiplinkan anak-anak di rumah (ruj. Kel 20:1-17).
• Beri penekanan tentang perintah baru yang diajarkan oleh Yesus dalam Injil (ruj. Mat 22:37; Mk 12:30-31; Lk 10:27; Yoh 13:34).
• Anak-anak mestilah dibimbing untuk setia kepada Allah.

Teologi Misi dan Penginjilan

Teologi Misi dan Penginjilan

Disampaikan oleh Fr. Boniface Kimsin
Pengerusi Komisi Kateketikal Malaysia
Pembimbing Retret Kateketikal Diosis Kota Kinabalu 2010 @ BTRC

1. Erti Umum Misi
Seseorang atau kelompok orang yang di suruh pergi ke suatu tempat untuk melaksanakan sesuatu tugas penting dalam jangka masa singkat atau panjang. Misalnya:

• Seseorang yang diutus untuk menghantar surat, sesuatu benda atau hadiah kepada seseorang atau ke suatu tempat.

• Seseorang atau sekelompok orang yang di hantar ke suatu tempat atau lokasi untuk melaksanakan sesuatu tugas atau operasi dalam jangka masa yang ditetapkan.

Orang tertentu yang diutus oleh tuan atau majikannya untuk menyampaikan suatu utusan atau pesanan penting kepada seseorang atau sekelompok orang.

• Seseorang yang diamanahkan untuk mewakili tuannya, dia menjadi mulut tuannya dan dia mempunyai kuasa dari tuanya.

• Seseorang yang diutus itu melaksanakan tugasnya itu menurut perintah tuannya dan tidak ada tujuan yang lain.

2. Apakah itu Misi?

2.1. Konsep Misi dalam Perjanjian Lama

Kitab Perjanjian Lama mengungkapkan bahawa Allah adalah asal dan sumber misi serta Dia merupakan titik permulaan dan akhir tujuan misi itu. Allah sendiri terlibat secara langsung dalam misi sebab Dialah yang memanggil, memilih dan mengutus orang-orang tertentu untuk melakukan kehendak-Nya. Allah mengutus dan memberi kuasa kepada para pilihannya untuk melakukan sesuatu tugas yang Dia amanatkan kepada mereka untuk mewartakan pertaubatan dan keselamatan. Mereka yang diutus itu juga mempunyai peranan sebagai seorang pengantara di antara Allah dan umatnya. Kita lihat beberapa peristiwa dalam sejarah penyelamatan konsep misi.
• Abram dipanggil dan diutus Allah ke tanah perjanjian dan Allah menyertainya dengan berkat yang berlimpah. Abram pergi menuruti perintah Allah (Kej 12).

• Musa telah dipanggil dan diutus Allah untuk membebaskan umat Israel dari perhambaan di Masir dan Allah menyertainya dengan tanda-tanda mukjizat. Musa menuruti apa yang di perintahkan Allah kepadanya walaupun menghadapi banyak cabaran dan kesulitan (Kel 3, 4, 5 & 7).

• Para malaikat adalah pengantara keselamatan, mereka dipanggil utusan Allah untuk memberi pertolongan dan perlindungan kepada umat Allah (Kel 23: 20-21; 33:2).

• Para nabi mereka dipanggil sahabat Allah. Mereka dipanggil dan diutus oleh Allah untuk menyampaikan pesanan atau sabdanya kepada umat Allah supaya mereka bertaubat dan setia kepada Allah (Yes 6:8-10; Yer 1:4-10; 7:25-26).

• Dalam buku Yunus menyatakan bahawa misi juga terbuka kepada orang-orang yang bukan Yahudi. Allah telah mengutus Yunus ke Niniwe untuk mewartakan pertaubatan kepada bangsanya dan mereka telah menerima keselamatan dari Allah.

2.1.1 Kesimpulan

• Misi merupakan pekerjaan Allah sendiri. Dialah yang mengambil inisiatif yang pertama dalam misi dengan memilih dan memanggil para utusan-Nya.

• Misi itu merupakan pengabdian total kepada Allah.

• Allah terlibat secara langsung dalam misi dengan menyertai para utusan dalam menghadapi cabaran dan kesulitan mereka dalam melaksanakan misi mereka.

• Misi adalah melakukan kehendak Allah dan setia terhadap sabdanya. Ianya berhubung kait dengan pewartaan sabda Allah yang membawah keselamatan.

• Para utusan bekerjasama dengan Allah maka misi menuntut kesetiaan dan pelayanan ikhlas.

• Pewartaan para utusan di sertai oleh tanda-tanda ajaib dari Allah.

• Misi itu bersifat universal sebab keselamatan itu adalah untuk semua orang.

2.2. Konsep Misi dalam Perjanjian Baru

Perjanjian Baru menyatakan bahawa Yesus Kristus adalah satu-satunya utusan agung dari Allah datang untuk mewartakan dan menghadirkan kerajaan syurga di dalam dunia. Seluruh Perjanjian Baru menyatakan dengan jelas sekali bahawa tumpuan misi itu adalah mengenai pewartaan tentang keselamatan yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus melalui perkataan dan perbuatannya. Misi penyelamatan Yesus Kristus telah disempurnakannya melalui kematian dan kebangkitannya. Ini haruslah diwartakan oleh para murid-Nya sampai dia datang kembali pada akhir zaman.

2.2.1. Misi Yesus

Ajaran Yesus tentang misi boleh kita bahagikan pada empat tema utama dalam beberapa ungkapannya di dalam Injil.

• Ungkapan Yang mengutus aku: ianya menyentuh tentang yang mengutus dan yang diutus.

• Ungkapan Aku datang: menyatakan tugas yang diamanatkan kepadanya.

• Ungkapan Aku diutus: pemahaman Yesus tentang aktiviti dan skop misinya

• Pesanan dan hasil misinya adalah berkaitan dengan Kerajaan Allah.

a. Yang mengutus aku

Setiap misi pasti ada yang mengutus dan yang diutus. Dalam Injil sinoptik semuanya menyatakan “Sesiapa yang menyambut kamu menyambut Aku juga; dan sesiapa yang menyambut Aku, menyambut Dia yang mengutus Aku” (Mt 10:40; Mk 9:37; Lk 9:48). Dalam penyataan ini Yesus menyatakan tiga fakta yang berkaitan dengan misinya. 1) Adanya yang mengutus. 2) Dia sendiri yang telah diutus. 3) Ada identifikasi atau hubungan rapat di antara yang mengutus dan yang diutus.

Allah adalah titik tolak misi sebab Dialah yang mengutus Putera-Nya Yesus untuk melakukan kehendak-Nya. Misi itu adalah inisiatif Allah sendiri (Mt 11:27; Lk 10:22). Dalam Lukas 15 tiga perumpamaan mengenai inisiatif Allah sendiri dalam misi. Pertama, Allah di gambarkan sebagai gembala yang mencari domba yang hilang, kedua sebagai wanita yang mencari wang syiling yang hilang dan akhir sekali sebagai bapa yang berlari mendapatkan anaknya yang hilang. Dalam perumpamaan pesta perkahwinan, Allah di gambarkan sebagai raja yang berulang kali mengutus para hamba-Nya untuk pergi mengundang sebanyak mungkin tetamu ke perjamuan pesta itu (Mt 22:1-14; Lk 14:16-24). Maka bagi Yesus prioriti utama misinya adalah taat setia pada tugas yang di amanatkan oleh Allah Bapa kepadanya (Mt 26:42; Lk 22:42; Mk 14:36).

Dalam misinya Yesus menyatukan dirinya dengan Allah Bapa yang mengutus dia. Dalam Injil Yohanes, Yesus menyatakan bahawa dia memiliki pengetahuan, keputusan, kehendak, tindakan dan perkataan seperti Bapa (Yoh 5:19-24, 30; 6:38; 8:28-29; 12:49). Dalam sinoptik pula menyatakan kuasa yang ada padanya adalah kuasa Allah (Mt 12:9; Mk 2:28; Lk 6:5).

b. Aku datang

Penyataan ini menetapkan bahawa Yesus mempunyai status istimewa sebab dia datang dengan misi khusus. Kedatangan Yesus ada kaitannya dengan sejarah keselamatan yang dijanjikan di dalam Perjanjian Lama, dia datang untuk memenuhi janji keselamatan kekal (Mt 5:17; 22:40; Lk 4:21; ruj. Mt 26:28). Yesus tahu bahawa misi utamanya adalah untuk membawa keselamatan (Lk 19:10), untuk mewartakan pertaubatan dan kerajaan Allah (Mt 4:17; Mk 1:15).

c. Aku diutus

Lukas 4:43 menyatakan dengan jelas bahawa Yesus tahu dia diutus untuk mewartakan dan mengajarkan khabar baik atau dalam kata lain menginjil: “Berita baik tentang kerajaan Allah harus Aku khabarkan juga di kota-kota lain, sebab untuk itulah Aku diutus.” Misinya sebagai penginjil di gambarkan sebagai penabur benih sabda Allah dalam beberapa perumpamaan (Mt 13:37; Lk 8:1-21).

d. Kerajaan Allah

Fokus utama pewartaan Yesus dalam misinya adalah kerajaan Allah (Mt 4:17; Lk 4:43) dan kadangkala Injil atau khabar gembira (Mt 11:5; 26:13; Mk 8:35; 10:29; 13:10; 14:9; Lk4:18; 7:22). Kedua-dua istilah ini di gabungkan sebagai Injil kerajaan (Mt 24:14). Injil adalah sifat pesanan dan kerajaan mendefinisikan inti pesanan. Dalam ajaran Yesus menyatakan dimensi masa sekarang tentang kerajaan Allah dan apa yang dia lakukan atau misinya menyatakan kerajaan Allah (Mt 11:4-5; Lk 7:22). Misi Yesus membolehkan orang mengalami berkat kerajaan masa sekarang. Namun bahagian kedua ajarannya menyatakan kerajaan di masa depan di mana para muridnya akan mengalami sukacita dalam kesatuan dengannya di perjamuan syurgawi (Mt 8:11-12; 26:29; Mk 14:22; Lk 13:28-29; 22:18, 28-30).

2.2.2 Misi Para Murid

a. Sebelum Kebangkitan
Suatu petanda bahawa kerajaan Allah akan tersebar luas adalah kehadiran para murid yang mengikuti Yesus selama lebih kurang tiga tahun dalam misinya. Terutama sekali kedua belas rasul mereka telah dipanggil untuk tujuan khusus dan di persiapkan untuk misi (Mt 4:18-22; Mk 1:16-20; Lk 5:1-11). Sebagai persiapan mereka Yesus telah mengutus mereka untuk mempraktikkan pelayanan yang dia telah bentuk untuk mereka (Mt. 9:35-10:42; Mk 3:13-19; 6:7-13; Lk 9:1-6; 10:1-20). Ke 12 rasul telah diutus kepada kawanan yang tidak ada pemimpin (Mt 9:37) dan 72 murid diutus untuk mendahului dia mewartakan kerajaan Allah (Lk 10:1). Dalam kedua-keduanya pengutusan ini adalah di sebabkan keprihatinan Yesus terhadap keperluan rohani orang ramai. Untuk melaksanakan tugas mereka Yesus memberi mereka kuasa yang sama ada pada dia (Mt 10:1; Mk 3:15; 6:7; Lk 9:1). Mereka melakukan aktiviti yang Yesus laksanakan. Dalam kata lain mereka mengambil bahagian dalam misi Yesus di antara orang-orang Israel.

b. Sesudah Kebangkitan

Walaupun misi para murid sesudah kebangkitan bukanlah merupakan tumpuan ajaran Yesus sebelum kematiannya namun ada implikasinya. Misi yang bersifat universal Yesus nyatakan berkaitan dengan perwartaan Injil kerajaan di seluruh dunia (Mt 24:14; 26:13; Mk 13:10; 14:9). Kebangkitan telah menampilkan misi universal yang di nyatakan pada penghujung ke 4 Injil dan dalam Kisa para Rasul di mana Yesus mengutus para murid untuk pergi ke seluruh dunia untuk mewartakan Injil, menjadikan mereka muridnya, bersaksi dan mewartakan pengampunan dosa (Mt 28: 19; Mk 16:15; Lk 24: 47; Yoh 20:21-22; Kis 1:8). Sifat tugas atau misi mereka adalah untuk meneruskan pelayanan Yesus. Mereka haruslah mengajarkan apa yang Yesus telah ajar kepada (Mt24:20). Kerana kesetiaan para murid kepada ajaran Yesus maka misi telah berkembang.

2.3. Kesimpulan

• Dalam Perjanjian Baru misi adalah mengenai kerajaan Allah dan Yesus Kristus adalah utusan agung dan juga yang mengutus.

• Fokus misi adalah mewartakan Kristus sabda Allah dan menghadirkan Injil kerajaan Allah.

• Para rasul wujud kerana panggilan Tuhan untuk meneruskan misi Kristus.

• Merasul adalah panggil untuk semua para murid untuk turut serta dalam misi Yesus Kristus mewartakan dan menghadirkan kerajaan Allah.

• Roh Kudus memainkan peranan utama dalam misi Gereja dan kehadirannya mengujudkan Gereja sebagai komuniti umat beriman.

3. Konsep Penginjilan

3.1. Istilah

Istilah evangelisasi atau menginjil itu berasal dari bahasa Yunani yang bermaksud pewartaan tentang khabar baik. Istilah ini digunakan dalam masa peperangan untuk mewartakan suatu kemenangan besar di kota-kota dalam bentuk surat yang diumumkan kepada orang ramai yang berhimpun untuk mendengarnya. Perkataan ini juga di gunakan untuk mengumumkan suatu sukacita dan ramalan untuk masa depan. Ia mempunyai unsur-unsur:

• Pembebasan dari musuh dan suatu kemenangan.

• Di selamatkan dari kuasa kejahatan.

3.2. Dalam Perjanjian Lama

Istilah evangelisasi di terjemahkan dalam bahasa Ibrani bissar yang bermaksud mewartakan berita sukacita (1 Raj 1:42), misalnya kelahiran seorang anak lelaki (Yer 20:13). Istilah ini menandakan penungguan suatu kemenangan besar dan permulaan era baru. Bagi orang-orang Israel ia adalah berkaitan dengan kemenangan Allah ke atas musuh-musuh mereka dan pewartaan tentang kehadiran kerajaan Allah di antara umat-Nya.

3.3. Dalam Perjanjian Baru

Istilah menginjil di gunakan sebanyak 24 kali dalam Injil sinoptik. Ungkapan pewartaan khabar baik dapat di simpulkan dalam Injil Lukas di mana Yesus mewartakan sabda Allah dari kitab Yesaya (ruj 61:1-2); “Roh Tuhan ada pada Ku oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan khabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan” (Lk 4:18-19).

Perjanjian Baru menyampaikan Yesus sebagai pembawa berita sukacita pewarta kerajaan Allah. Seluruh hidupnya merupakan pewartaan khabar baik sejak dari kelahirannya sehingga kematiannya itu memberi pesan dan mewartakan damai(Lk 2:10; Ef 2:17). Fokus Penginjilan dalam Perjanjian Baru adalah mengenai Kerajaan Allah yang di warta dan dihadirkan oleh Yesus melalui ajaran dan hidupnya.

Sesudah Pantekosta bermulalah aktiviti Penginjilan para rasul (Kis 2) dan titik permulaan pewartaan mereka adalah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus membawa keselamatan (Kis 3). Pada mulanya tumpuan Penginjilan mereka adalah kepada orang-orang Yahudi dan sesudah itu beralih kepada orang-orang Yunani serta bangsa-bangsa yang lain. Penginjilan merupakan prioriti dan aktiviti utama dalam misi para murid (Kis 6:2-4, 7).

3.4. Kesimpulan

• Penginjilan adalah aktiviti yang menghidupkan dan merealisasikan misi.

• Fokusnya adalah pewartaan khabar baik yang di perkenalkan oleh Tuhan Yesus melalui ajaran dan hidupnya.

• Gereja wujud kerana Penginjilan yang di usahakan oleh para murid Yesus dan Gereja hanya dapat berkembang melalui misi Penginjilan.

• Menginjil bererti menyahut panggilan sebagai utusan Tuhan dan bekerja sama dengan Roh Kudus untuk menyebarkan khabar baik keselamatan yang di genapi oleh kematian dan kebangkitan Kristus.

4. Misi dan Penginjilan Menurut Konsili Vatikan II

Konsili Vatikan Kedua menjelaskan bahawa misi itu diwariskan kepada Gereja dari misi Allah Tritunggal Maha kudus. Ia menekankan bahawa misi itu merupakan tanggungjawab utama Gereja di dalam dunia sampai Tuhan datang kembali pada akhir zaman. Kegiatan misionari atau Penginjilan haruslah menjiwai Gereja sejagat dan setiap Gereja tempatan.

4.1. Misi dan Gereja tidak dapat Dipisahkan

Konsili Vatikan Kedua dalam Ad Gentes (dekri tentang kegiatan misi), menekankan bahawa Misi dan Gereja sangat berhubungan rapat dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Ia memberi penekanan bahawa misi itu merupakan keutamaan dan dasar hidup Gereja. Ia menyatakan bahawa “pada hakikatnya semula jadi Gereja yang dalam ziarah adalah misionari, sebab ia berasal dari misi Putera dan misi Roh Kudus menurut rencana Allah Bapa” (AG 2). Ini bererti bahawa Gereja itu wujud oleh kerana misi Allah Tritunggal. Gereja itu telah diutus oleh Allah kepada para bangsa untuk menjadi “sakramen universal keselamatan” (AG 1; ruj LG 48). Dalam kata lain, Gereja itu wujud kerana adanya misi dan ia hidup untuk misi. Tanpa adanya misi Gereja tidak akan wujud dan berkembang. Misi itu merupakan nadi kehidupan Gereja sejagat dan Gereja tempatan.

4.2. Fokus dan Objektif Misi dan Penginjilan

Gereja diutus oleh Kristus untuk ikut serta sepenuhnya dalam misinya supaya ia menjadi sakramen keselamatan kepada dunia. Maka fokus dan objektif utama Gereja adalah mewartakan dan menghadirkan Injil kerajaan Allah kepada semua orang terutama sekali kepada mereka yang belum mengenal Kristus. Gereja menjadi realiti keselamatan dan terang kepada dunia dan ia mestilah hadir secara efektif dalam kehidupan manusia. Aktiviti utama misi Gereja adalah mewartakan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat manusia (ruj. 1Tim 2:4-5) dan pewartaan ini disertai dengan membentuk komuniti umat yang beriman (ruj AG 7). Dalam Ad Gentes dinyatakan bahawa “tujuan khas kegiatan misionari itu mewartakan Injil dan menanamkan Gereja di tengah bangsa-bangsa atau golongan-golongan, tempat Gereja belum berakar” (AG 6). Sebab Gereja itu adalah garam dunia dan terang dunia (ruj. Mat 5:13-14), ia dipanggil untuk menyelamatkan dan membaharui segala ciptaan, supaya segala sesuatu dibaharui dalam Kristus agar dalam dia semua orang menjadi satu keluarga dan umat Allah (AG 1). Pengutusan ini akan berterusan dan atas dorongan Roh Kudus Gereja harus menempuh jalan yang telah dilalui oleh Kristus sendiri iaitu melalui semangat kemiskinan, ketaatan, pengabdian dan pengorbanan. (AG 5& 6).

5. Misi Menurut Evangelii Nuntiandi (Bapa Suci Paulus VI, Penginjilan dalam dunia moden, 8 Disember, 1975)

5.1. Gereja Merupakan Badan Misionari

Gereja awal sungguh yakin bahawa ia telah menerima perutusan dari Kristus untuk mewartakan kerajaan Allah dan ia memahami dirinya sebagai badan misionari. Dalam perspektif inilah Gereja menjadi sangat bererti. Penginjilan merupakan panggilan dan identiti utama Gereja. Selain daripada misi ini Gereja tidak ada matlamat yang lain untuk dirinya (ruj. EN 14).

5.2. Gereja Mengutus Para Misionari

Untuk memenuhi misinya Gereja mempunyai tanggungjawab untuk mengutus para penginjil untuk mewartakan khabar baik keselamatan. Gereja yang dimanahkan oleh Kristus untuk meneruskan misinya juga mengutus para misionari untuk melaksana misinya. Gereja tidak dapat dipisahkan dari Kristus. Apa yang menjadikan Gereja itu adalah Gereja ialah kehadiran Yesus Kristus dalamnya. Gereja menjadi tanda kehadiran Kristus yang bangkit dan misinya di dunia. Secara khusus dia meneruskan misi Penginjilan Kristus di dunia (EN 15). Menginjil merupakan karya ekklesial (Gereja) ia bukanlah inisiatif personal oleh sesiapa. Setiap penginjilan dan seluruh aktiviti Penginjilan ada hubungannya dengan misi Gereja sejagat (EN 16).

6. Misi dan Penginjilan Menurut Redemptoris Missio

6.1. Roh Kudus Ajen Utama Misi

Dalam bab ketiga Redemptoris Missio (Misi Penyelamat, 7 Disember, 1990), Bapa Suci Yohanes Paulus II menjelaskan bahawa Roh Kudus merupakan ajen utama misi seluruh Gereja untuk menginjil sebab Ia hadir sejak penciptaan, dan dalam seluruh hidup dan misi Yesus. Dalam penginjilan para rasul Roh Kudus berkarya melalui mereka dan juga dalam diri orang-orang yang mendengar pewartaan mereka (ruj. Kis 10; 15; 16:6 dns). Roh Kuduslah yang memberi hidup kepada misi (RM 21). Maka oleh itu dalam segala aktiviti misi Gereja bekerja sama sepenuhnya dengan Roh Kudus. Tujuan akhir misi adalah membolehkan orang untuk ambil bahagian dalam kesatuan cinta kasih di antara Bapa dan Putera. Kesatuan di antara para murid yang tinggal dalam Bapa dan Putera merupakan kesaksian kepada dunia (ruj. Yoh 17:21-23). Roh Kudus diutus untuk membolehkan misi ini berterusan (RM 22).

6.2. Roh Kudus Pembimbing Misi Penginjilan Gereja

Misi Gereja itu merupakan misi Kristus sendiri, ia adalah karya Allah dan karya Roh Kudus. Kedatangan Roh Kudus pada hari Pantekosta menjadikan para rasul saksi dan nabi (ruj. Kis 1:8; 2:17-18). Roh Kudus memberi mereka keberanian untuk bersaksi tentang Kristus. Roh Kudus menyertai para murid dalam aktiviti misionari mereka ia bertindak sebagai pembimbing, pendorong dan penolong mereka dalam membuat pilihan dan keputusan (ruj. Kis 13:46-48; 15:5-11, 28). Tanpa bimbingan dan pertolongan Roh Kudus Gereja tidak akan berkembang (RM 24, 25).

6.3. Misi dan Penginjilan Harus Bermula dari Komuniti Umat Beriman

Pada hari Pantekosta Roh Kudus telah membentuk komuniti umat beriman yang pertama dan Gereja mula wujud di mana pewartaan Tentang Injil Yesus Kristus tersebar luas kepada pelbagai bangsa (ruj. Kis 2:42-47; 4:32-35). Sala satu tujuan utama misi adalah mengumpulkan orang untuk mendengar Injil memupuk semangat persaudaraan dalam doa dan Ekaristi. Mengamalkan hidup dalam semangat persaudaraan (Koinonia) bererti hidup “sehati dan sejiwa”(Kis 4:32). Misi haruslah bermula dari kesaksian cara hidup Kristian supaya dapat menyinari orang lain (RM 26). Misi merupakan komitmen komuniti, ia adalah tanggungjawab Gereja lokal (RM 27).

Bapa Suci Yohanes Paulus II memberi penekanan betapa pentingnya peranan Komuniti Kristian Dasar dalam penginjilan dan hidup mengereja. Beliau melihat bahawa KKD merupakan pusat yang baik untuk pembentukan Kristian dan karya misionari. Dia nyatakan bahawa “Kelompok-kelompok Kristian yang terdiri dari keluarga-keluarga yang tinggal berjiran berkumpul untuk berdoa, membaca Alkitab, mengadakan katekesis, berbincang bersama untuk menangani masalah sosial dan Gereja. Komuniti-komuniti ini merupakan tanda daya hidup dalam Gereja, sebagai alat pembentukan dan penginjilan, dan sebagai titik permulaan suatu masyarakat yang baru yang berdasarkan masyarakat pengasih dan penyayang

7. Misi dan Penginjilan Menurut FABC (Persidangan Federasi Para Uskup Asia)

7.1. Membangun Gereja Tempatan
FABC I (Taipei, Taiwan, 24 April 1974) menyatakan bahawa untuk mewartakan Injil di Asia di zaman sekarang kita mestilah menjadikan pesanan dan hidup Kristus benar-benar mendaging (incarnate) dalam minda dan kehidupan orang-orang tempatan. Fokus utama dalam penginjilan kita di Asia adalah membangun Gereja yang benar-benar tempatan (no. 9). Sebab Gereja itu merupakan realisasi dan menjadi darah daging pada Tubuh Kristus dalam hidup orang-orang tempatan (no. 10). Ini bererti secara konkrit Gereja berterusan berdialog dengan tradisi, budaya, agama – singkatnya dengan seluruh realiti kehidupan orang-orang tempatan. Gereja atau komuniti umat Allah mestilah hadir di tengah-tengah mereka di mana ia berkongsi dengan masalah, penderitaan, pergelutan, aspirasi, nilai-nilai, pemikiran, bahasa dan budaya mereka (no. 12).

7.2. Membangun Komuniti Iman

FABC III (Bangkok, Thailand, 28 Oktober 1982) menyatakan bahawa Gereja pada dasarnya merupakan suatu persekutuan (koinonia) berasaskan pada hidup Tritunggal (no. 7.1). Jemaat yang dikumpulkan oleh Injil dan Roh Kudus menjadi satu Tubuh Kristus (no. 7.2). Gereja adalah komuniti yang hidupnya disegarkan oleh sakramen-sakramen iman dan yang berpusat pada Ekaristi (no. 7.5). Ia merupakan komuniti yang benar-benar partisipatif dan bekerjasama di mana wujudnya perkongsian kurnia-kurnia, tanggungjawab, di mana bakat-bakat dan karisma-karisma diakui dan digunakan dalam pelbagai pelayanan dalam komuniti dan bersama bersaksi (no. 7.6). Ia merupakan komuniti yang benar-benar bersatu dengan pastornya, dengan uskup dan para paderi yang telah dipilih oleh Roh Kudus untuk memimpin Gereja (no.7.7). Ia adalah komuniti yang berhubung rapat dengan seluruh Gereja sejagat – Katolik (no. 7.8).

7.3. Cara Misi dan Penginjilan di Asia (FABC V, Bandung, Indonesia, 27 Julai 1990)

7.3.1. Pembaharuan Iman

Misi dan penginjilan mestilah bermula daripada pembaharuan iman akan kasih Allah yang begitu besar mengutus Putera-Nya Yesus Kristus ke dunia untuk menyelamatkan semua orang (Yoh 3:16). Melalui dia segala sesuatu telah diciptakan (Yoh 1:3; Ibr 1:2) (no.3.1.1). Ini bererti penginjilan haruslah bermula daripada penginjilan diri sendiri. Tanpa iman yang mantap akan penyelamatan Kristus dan hubungan yang intim dengannya aktiviti penginjilan tidak akan berhasil. Kristus adalah sumber iman Kristian maka oleh itu hubungan peribadi dan intim dengannya mestilah terjalin terlebih dahulu sebelum aktiviti penginjilan dapat diusahakan.

7.3.2. Kesaksian Hidup

Tumpuan utama misi dan penginjilan adalah orang dan ini bererti misi dan penginjilan itu haruslah merangkumi: keprihatinan terhadap orang dan keperluan mereka, sensitif terhadap kehadiran Allah dalam pelbagai budaya dan agama yang lain dan memberi kesaksian tentang nilai-nilai kerajaan Allah melalui semangat solidariti dan perkongsian. Dalam konteks ini misi dan penginjilan itu merupakan dialog dengan orang miskin, dengan budaya tempatan dan dengan agama-agama yang lain di Asia (no. 3.1.2). Maka oleh itu di Asia inkulturasi dan dialog antara agama haruslah menjadi bahagian penting dalam aktiviti misi dan penginjilan. Tanpa adanya inkulturasi dan dialog antara agama Gereja tidak dapat mendaging di dalam masyarakat tempatan.

7.3.3. Cara Baru Menggereja

Gereja di Asia haruslah menjadi suatu perpaduan di antara komuniti-komuniti, di mana umat awam, para religius dan para paderi saling mengakui dan menerima satu sama lain sebagai saudara-saudari. Mereka dikumpulkan oleh sabda Allah menghadirkan Tuhan yang bangkit yang membimbing mereka untuk membentuk komuniti Kristian dasar. Mereka hidup dalam persaudaraan dalam doa, perkongsian Injil, bekerjasama, saling menyokong dan hidup dalam cinta kasih “sehati dan sejiwa” (no. 8.1.1). Melalui hidup berkomuniti nilai-nilai Injil dapat diserapkan pada akar umbi umat Kristian dan seluruh umat dapat ambil bahagian dalam membangun Gereja tempatan yang lebih bersifat partisipatif (no. 8.1.2). Melalui hidup berkomuniti umat dapat bersaksi bersama akan kehadiran Tuhan yang bangkit dalam masyarakat dan sekali gus menjadi tanda kehadiran kerajaan Allah dalam dunia (no. 8.1.3; 8.1.4).

Penutup

Misi dan penginjilan itu merupakan suatu proses yang berterusan sampai Tuhan datang kembali pada akhir zaman nanti. Dalam proses yang berterusan ini cara dan teknik dalam melaksanakan misi dan Penginjilan akan sentiasa berkembang dan berubah menurut kesesuaian situasi dan zaman. Namun demikian tujuan dan objektif utama misi dan penginjilan tidak akan berubah untuk selama-lamanya. Walaupun ada beberapa ahli teologi moden yang mempunyai pandangan progresif mulai mengetepikan tujuan dan objektif utama misi.